3 Desember 2013

DALIL QUNUT SUBUH DARI BERBAGAI KITAB (8)

Oleh: Pray. Ksn
Bismillahirrohmaanirrohiim.

DALIL QUNUT SUBUH DARI BERBAGAI KITAB (7) 


Dibawa ini hujjah-hujjah Qunut subuh dari berbagai kitab: 

Tempat Qunut Subuh dan Nazilah adalah Sesudah rukuk rakaat terakhir.
59. Pendapat Imam Madzab Tentang Qunut :

1. Madzab Hanafi : 
Disunatkan Qunut pada Sholat Witir dan tempatnya sebelum rukuk. Adapun Qunut pada Sholat Subuh tidak disunatkan. Sedangkan Qunut Nazilah disunatkan tetapi ada Sholat Jahriyah (Keras) saja.

2. Madzab Maliki :
Disunnatkan Qunut pada Sholat Subuh dan tempatnya yang lebih utama adalah sebelum rukuk, tetapi boleh juga dilakukan setelah rukuk. Adapun Qunut selain Subuh yakni Qunut Witir dan  Nazilah, maka keduanya dimakruhkan.

3. Madzab Syafi’i
Disunnatkan Qunut pada waktu Subuh dan tempatnya sesudah rukuk. Begitu juga disunnatkan Qunut Nazilah dan Qunut Witir pada pertengahan Bulan Ramadhan.

4. Madzab Hambali 
Disunnatkan Qunut pada Sholat Witir dan tempatnya sesudah rukuk. Adapun Qunut Subuh tidak disunnahkan. Sedangkan Qunut Nazilah disunatkan dan dilakukan diwaktu Subuh saja.

60. Ijma’ Ulama Madzhab Syafi’i

Hukum Membaca Qunut Subuh dari berbagai dalil dan pendapat dari banyak para imam.
Maka di dalam Madzab Syafi’i sudah disepakati bahwa membaca doa Qunut dalam Sholat Subuh pada I’tidal rakaat kedua adalah Sunnah ‘Ab’ad. Sunnah Ab’ad artinya diberi pahala bagi yang mengerjakannya dan bagi yang lupa mengerjakannya disunnahkan menambalnya dengan Sujud  Syahwi.

Tersebut dalam Kitab Al-Majmu’ Syarah Muhadzab Juz 3 Halaman 504, sebagai berikut :
“Dalam Madzab Syafi’i disunnatkan Qunut pada waktu Sholat Subuh baik ketika turun bencana atau tidak. Dengan hukum inilah berpegang Mayoritas Ulama Salaf dan orang-orang yang sesudah mereka. Dan diantara yang berpendapat demikian adalah Abu Bakar As-Shidiq, Umar bin Khotob, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Tholib, Ibnu Abbas, Barro’ bin ‘Azib - semoga Allah meridhoi mereka semua. Ini diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Baihaqi dengan sanad yang shohih. Banyak pula orang dari Tabi’in dan yang sesudah mereka berpendapat demikian. Inilah Madzabnya Ibnu Abi Laila, Hasan bin Sholih, Malik dan Daud.”

Dalam Kitab Al-Umm Juz 1 disebutkan bahwa Al-Imam Syafi’i berkata :

“Tidak ada Qunut pada Sholat Lima Waktu selain Sholat Subuh. Kecuali jika terjadi bencana, maka boleh Qunut pada semua sholat jika imam menyukai”.

Imam Jalaluddin al-Mahalli berkata dalam Kitab Al-Mahalli Juz 1 :

“Disunnahkan Qunut pada I’tidal rakaat kedua dari Sholat Subuh dan dia adalah “Allahummah Dinii Fii Man Hadait….hingga akhirnya”.

Demikian keputusan hukum tentang Qunut Subuh dalam Madzab Syafi’i. 


Doa Qunut-

اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ وَقِنِي بِرحْمَتِكَ شَرَّ مَا قَضَيْتَ فَإِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ وَإِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ وَلَا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيت اَسْتَغْفِرُكَ وَ اَتُوبُ اِلَيكَ وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَسَلَّم

Allahummahdini Fiiman Hadaiit Wa ‘Afinnii Fiiman ‘Afait Wa Tawallanii Fiiman Tawallaiit Wa Baariklii Fiima A’thoiit Wa Qinii (Birrohmatika ) Syarromaa Qodhoiit.. Fainnaka Taqdhii Wa Laa Yuqdhoo ‘Alaik Wainnahu Laa Yazilluman Walaiit Wa Laa Ya’izuman ‘Adaiit Tabaarokta Robbanaa Wa Ta‘alaiik Falakalhamdu ‘Ala Maa Qodhoiit Astaghfiruka Wa Atuubu Ilaiik Wa Shollallahu ‘Ala Sayyidinaa Muhammadin Nabiyyil Ummiyyi Wa ‘Alaa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallama.

Artinya :
“Ya Allah tunjukkan aku sebagaimana mereka yang telah Engkau tunjukkan. Berikan kesehatan kepadaku sebagaimana mereka yang telah Engkau berikan kesehatan. Dan tolonglah aku sebagaimana orang-orang yang telah Engkau berikan pertolongan. Berilah keberkatan bagiku pada apa-apa yang telah Engkau kurniakan. Dan selamatkan aku dari bahaya (Keburukan) yang telah Engkau tentukan. Maka sesungguhnya, Engkaulah yang menghukum (Memutuskan) dan tidak seorangpun yang menetapkan keputusan terhadap-Mu. Dan sesungguhnya tidak hina orang yang Engkau beri pertolongan (Pimpin). Dan tidak mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Suci Engkau wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi. Maka bagi Engkaulah segala pujian di atas apa yang Engkau tetapkan. Aku memohon ampun dari-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu. Dan semoga Allah mencurahkan rahmat dan sejahtera ke atas junjungan kami Nabi Muhammad dan keluarganya”.

Al-Imam Tirmidzi mengatakan:
Hadza Haditsun Hasanun Qoola: Wa Laa Yu’rofu ‘An An-Nabiyi Sholallahu’alaihi Wasallama Fi Al-Qunuuti Syai’un Ahsana Min Hadza.

Artinya:
“Hadits ini berpredikat Hasan dan ia belum pernah mengetahui suatu hadits Nabi pun dalam masalah doa Qunut yang lebih baik dari pada hadits ini”.

Al-Imam al-Syaikh Abu Ishaq berkata:
Wa In Qonata Bimaa Ruwiya ‘An ‘Umar Rodhiyallahu Kaana Hasanan

Artinya:
“Dan jika membaca Qunut dengan yang diriwayatkan dari Sayyidina Umar r.a adalah lebih bagus”. 


Di dalam Kitab Nihayah al-Zain Li Al-Syaikh Abi ‘Abdul Mu’thi Muhammad Nawawi bin ‘Umar bin ‘Arobi al-Bantaniy al-Jawiy. Halaman 61 mengatakan:
Wa Yusannu Limunfaridi Wa Imami Mahshuuriina Roodhiina Bittathwiili An Yaziida ‘ala Dzalika al-Qunuuti, Al-Marwiy ‘An Sayyidina ‘Umar Wahuwa….

Artinya:
Dan disunnahkan bagi orang yang sholat sendiri dan imam mengetahui makmumnya menyukai doa Qunut yang panjang, bahwa menambahkan atas Qunutnya itu, sebagaimana yang diriwayatkan dari Sayyidina Umar yaitu ….

اللهم إنا نستعينك ونستغفرك ونستهديك ونؤمن بك ونتوكل عليك ونثني عليك، الخير كله نشكرك ولا نكفرك ونخلع ونترك من يفجرك بضم الجيم أي يعصيك، اللهم إياك نعبد ولك نصلي ونسجد وإليك نسعى ونحفد بكسر الفاء أي نسرع إلى الطاعة نرجو رحمتك ونخشى عذابك إن عذابك الجد بكسر الجيم أي الحق بالكفار ملحق بكسر الحاء أي لاحق بهم ويجوز فتحها لأن الله ألحقه بهم فإن جمع بينهما فالأفضل تقديم قنوت النبي صلى الله عليه وسلّم وإن اقتصر فليقتصر عليه.

Catatan untuk lafadz Arab yang lebih lengkap silahkan melihat kitab diatas karena terlalu panjang.
Artinya:
“Ya Allah. Sesungguhnya kami memohon pertolongan, ampunan dan petunjuk kepada-Mu, kami beriman dan bertawakkal kepada-Mu dan kami memuji atas segala kebaikkan-Mu, kami bersyukur kepada-Mu dan kami tidak ingkar kepada-Mu dan kami mencabut, meninggalkan orang-orang yang durhaka kepada-Mu, hanya kepada-Mu kami menyembah, hanya kepada-Mu kami Sholat dan kami sujud, hanya kepada-Mu-lah kami berlari dan bersegera, kami mengharapkan akan rahmat-Mu dan kami takut akan siksa-Mu. Sesungguhnya azab-Mu benar-benar akan menimpa orang-orang kafir. Ya Allah. Siksalah orang-orang kafir dan orang-orang musyrik yang memusuhi agama-Mu yang mereka telah menghalang-halangi jalan-Mu, yang mendustai Rosul-Rosul-Mu dan yang memerangi kekasih-kekasih (Wali-Wali) – Mu. Ya Allah, Ampunilah kaum lelaki dan wanita yang beriman, muslimin dan muslimat yang hidup diantara mereka maupun yang sudah wafat. Ya Allah, perbaikilah semua urusan diantara mereka, jadikanlah kerukunan diantara hati mereka, jadikanlah dalam hati mereka iman dan hikmah, tetapkanlah mereka berada pada agama Rosul-Mu, ilhamkanlah kepada mereka untuk memenuhi janji-Mu yang telah Engkau janjikan kepada mereka, Wahai Tuhan agama yang haq, jadikanlah diri kami termasuk diantara mereka. (Telah dikeluarkan oleh Abdurrozzaq dalam Kitab Mushonnaf Juz 3 halaman 210 No. Hadits 4968)

Dan bagi imam dianjurkan untuk membaca jahar (suara keras) dan membaca jama’ (untuk orang banyak dalam lafadznya) dalam doa Qunut, sebagaimana disebutkan pada Kitab Fathul al-Mu’in Bisyarhi Qurroti al-‘Ain Li al-Syaikh Zainuddin bin Abdul ‘Aziz al-Malibariy halaman 21 menyatakan:

(Wa Jaharo Bihi) Ayi al-Qunuuti Nadban (Imaamun) Walaw Fi Sirriyati Laa Ma’muumu Lam Yasma’hu Wa Munfaridun, Fayusirronni Bihi Muthlaqon. (Wa Amman) Jahron (Ma’muumun) Sama’a Qunuuta Imamahu Liddu’au ‘Anhu. Wa Mina Ad-Du’a’I Ash-Sholatu ‘Ala An-Nabiyyi Shollallahu’alaihi Wa Sallama, Fayu’minu Lahaa ‘Ala Al-Ajuhi. Ammaa Ats-Tsanaa’u Wahuwa Fainnaka Taqdhi Ila Akhirihi Fayaquuluhu Sirron. Ammaa al-Ma’mumu Lam Yasma’hu Aw Sama’a Showtan Laa Yafhamuhu Fayaqnutu Sirron. (Wa Kuriha Li Imami Takhshiishu Nafsuhu Bidu’a’I) Ay Bidu’a’I Al-AQunuuti Linnahyi ‘An Takhshiishi Nafsuhu Biddu’a’i. Fayaquulu al-Imaamu “Ihdina” Wa Maa ‘Uthifa ‘Alaihi Bilafdzhi al-Jam’i.

Artinya:
“Dan sunnah membaca Qunut dengan suara keras bagi imam meskipun Sholat Sirriyah (Sholat yang tidak suara keras). Tidak sunnat membaca Qunut dengan keras bagi makmum yang tidak mendengarnya dan munfarid (Sholat sendiri). Keduanya membaca Qunut dengan pelan secara mutlak. Dan sunnah Makmum membaca “aamiin” dengan keras jika mendengar Qunut imam bagian doa. Dan termasuk doa adalah Sholawat Nabi saw. Menurut pendapat yang kuat. Kalau yang dibaca imam adalah pujian dan sanjungan yaitu mulai: “Fainnaka Taqdhi…” sampai akhir doa”, maka itu dibaca dengan pelan. Dan imam Makruh (Terkena hokum makruh) mengkhususkan doa Qunut untuk diri sendiri (Tidak dengan lafadz jama’ yaitu bukan dengan lafadz bukan untuk orang banyak), sebab ada larangan untuk memonopoli (Egois) doa. Karena itu, imam sebaiknya mengucapkan demikian ketika Qunut: “Ihdinaa” (Menggunakan lafadz “ihdinaa” berarti berikan kami/kita petunjuk, bukan menggunakan “ihdiniy” berarti berikan saya petunjuk) dan seterusnya dengan redaksi jamak.”

BACAAN DOA QUNUT UMAR BIN KHATTAB

Umar bin Khattab, khalifah kedua Islam, memiliki bacaan qunut berbeda sebagai berikut:

اللهم اغفر لنا وللمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات وألّف بين قلوبهم وأصلح ذات بينهم وانصرهم على عدوك وعدوهم. اللهم عذب الكفرة الذين يصدون عن سبيلك ويكذبون رسلك ويقاتلون أولياءك، اللهم خالف بين كلمتهم وزلزل أقدامهم وأنزل بهم بأسك الذي لا ترده عن القوم المجرمين. بسم الله الرحمن الرحيم اللهم إنا نستعينك ونستغفرك ونثني عليك ولا نكفرك ونخلع ونترك من يفجرك. بسم الله الرحمن الرحيم اللهم إياك نعبد ولك نصلي ونسجد وإليك نسعى ونحفد ونخشى عذابك ونرجو رحمتك إن عذابك الجد بالكفار ملحق

Lafadz atau teks yang diucapkan saat doa qunut tidak harus bacaan yang biasa kita dengar. Ia dapat berupa bacaan doa yang lain. Termasuk tambahan doa seperti yang anda sebut. Imam Nawawi dalam kitab Al-Adzkar lin Nawawi menyatakan

واعلم ان القنوت لا يتعين فيه دعاء على المذهب المختار، فاي دعاء دعا به حصل القنوت ولو قنت باية او ايات من القران العزيز وهي مشتملة على الدعاء حصل القنوت، ولكن الافضل ما جاءت به السنة.

Artinya: Tidak ada bacaan doa tertentu dalam qunut menurut madzhab Syafi'i yang terpilih. Doa apa saja yang dibaca saat qunut itu sah. Termasuk membaca satu ayat dari ayat Al-Quran yang mengandung doa maka qunutnya sah. Akan tetapi yang utama adalah yang sudah tersebut dalam hadits.

Karena qunut adalah suatu dzikir yang khusus maka boleh diganti dengan doa lain asal diniati untuk qunut:

ومثل الذكر المخصوص آية تتضمن ذلك كآخر سورة البقرة بشرط أن يقصد بها القنوت، وكقوله تعالى: ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلاًّ للذين آمنوا ربنا إنك رؤوف رحيم} ((59)الحشر:10)

Demikian. Wallahua’lam.


1 komentar: