Oleh: Pray. Ksn
Bismillahirrohmaanirrohiim.
Apakah Pawai dicontohkan dan dibenarkan?
Berangkat dari adanya penolakkan sebuah kaum yang menolak
pawai kaum Muslimin, saya merasa khuwatir dan prihatin atas kebohongan
tersebut, dimana hal ini akan menjadi acuhan kebenaran bahwa hal itu tidak
pernah dilakukan didalam Islam.
TARIKH (Sejarah)- Ketika Sayyidina Umar bin Khothob memeluk
Islam, dengan keislamannya beliau, bukan main kegembiraan kaum Muslimin karena
peristiwa ini dipandang sebagai rahmat yang agung (Tanda syukur). Salah satunya
sikap beliau yang pemberani, yang ditakuti oleh orang-orang Quraisy pada saat
itu. Kemudian setelah Sayyidina Umar memeluk Islam pada waktu itu juga, Umar
r.a mengemukakan usul kepada Sayyidina Rosulullah Muhammad Shollallahu’alaihi
Wasallam (Saw). Beliau berkata:
“Ya Rosulullah!!! Bukankah kita diatas kebenaran, walaupun
kita dibunuh ataupun dihidupkan?”. Rosulullah menjawab: “Ya betul, Demi Tuhan
yang menguasai diriku ditangan kekuasaan-Nya, bahwa memang sesungguhnya kamu
semua diatas kebenaran, sekalipun kamu sampai dibunuh ataupun dihidupkan (Tidak
dibunuh)”. Umar berkata: “Mengapa kita menyembunyikan agama kita, Ya
Rosulullah, padahal kita di atas kebenaran dan mereka diatas kesalahan?”.
Rosulullah menjawab: “Bahwasannya kita masih sedikit dan sesungguhnya engkau
telah melihat sendiri apa yang telah kita dapat, hai Umar!”. Umar berkata:
“Tidaklah sepatutnya, Ya Rosulullah!! Jika engkau hendak menyembunyikan agama
ini (Islam), tampakkanlah agama ini!!! Maka Demi Allah, tidak patut menyembah
kepada Allah dengan sembunyi-sembunyi sesudah hari ini. Demi Tuhan yang
mengutus engkau dengan kebenaran!!! Tidak ketinggalan di satu majelis yang aku
duduk didalamnya dengan ada kekufuran, melainkan aku haruslah menampakkan
didalamnya dengan Islam dengan tidak gentar dan tidak takut.”
Demikianlah Umar r.a mengemukakan usulnya kepada Sayyidina
Rosulullah Muhammad saw. Rosulullah melihat kesungguhan Umar dalam membela
agama Allah. Umar juga hendak mendatangi semua pemuka kaum Musyrikin Quraisy,
seperti Abu Jahal, Abu Lahab dan lain-lainnya, dengan sengaja menunjukkan
keislamannya kepada mereka.
Nabi Saw. Telah mengetahui dan mengerti apa yang menjadi
kehendak Umar dan ingat bahwa dengan demikian permohonan beliau kepada Allah
beberapa hari yang lewat sebagaimana doa beliau kepada Allah: “Ya Allah!
Berikanlah kemenangan Islam dengan sebab kecintaan dua orang laki-laki
kepada-Mu ialah sebab Amr bin Hisyam atau dengan sebab Umar bin Khothob” (HR.
Tirmidzi dari Ibnu Umar).
Oleh sebab itu, Rosulullah memperkenankan Umar melaksanakan
kehendaknya, asalkan kehendak itu tidak dilarang oleh Allah. Adapun tentang
pertolongan terserah kepada Allah semata.
Pada suatu pagi, Umar bin Khothob Rodhiyallahu’anhu (R.a)
datang kerumah Arqom (Rumah Sahabat yang digunakan untuk Rosulullah mengajarkan
Islam yang dikenal Darul Arqom), menanti kedatangan kaum Muslimin, karena
setiap pagi kaum Muslimin datang kerumah Arqom untuk menerima ajaran Nabi Saw
(Diantara tempat menerima wahyu dari Allah). Pada hari itu, setelah kaum
Muslimin hadir kerumah itu, Umar mengumpulkan dan menyuruh mereka berbaris.
Setelah Nabi Saw. Hadir ditempat itu dan kaum Muslimin sudah berbaris, Umar r.a
menyuruh Nabi Saw berjalan dimuka barisan dan dibelakang beliau berjalan Umar
r.a bersama Hamzah r.a (Paman Nabi yang gagah berani). Kedua sahabat inilah
yang mengepalai pawai kaum Muslimin. Kedua sahabat itu berjalan dengan
menyelempangkan panahnya sambil membawa pedang terhunus. Dalam pawai itu, kedua
membaca “Laa Ilaha Illallah, Muhammadur Rosulullah”. Kaum Muslimin
dibelakangnya membaca bersama-sama. Umar berkata dengan suara keras, “Barang
siapa yang berani mengganggu salah seorang yang ada dibelakangku, tentu
pedangku itu akan memotong lehernya, setidak-tidaknya akan berkenalan
dengannya”. Demikianlah selama pawai Umar senantiasa berkata demikian.
Pawai ini dimulai dari rumah Arqom, melewati rumah Umar
kemudian melewati rumah Nabi saw. Dan terus berjalan mengelilingi kampung-kampung
yang berdekatan dengan Masjidil Harom, lantas masuk kedalam masjid dan
berthowaf (Berkeliling) Ka’bah bersama-sama sampai pada waktu siang hari
kemudian mengerjakan sholat bersama disamping Ka’bah dengan membaca ayat-ayat
al-Quran dengan suara yang keras, diperdengarkan kepada kaum Musyrikin. Sesudah
Sholat, akhirnya pawai itu dibubarkan dengan tidak ada gangguan dari kaum
Musyrikin Quraisy. Pada waktu itu kaum Musyrikin tercengang melihat pawai yang
diadakan oleh kaum Muslimin di bawah pimpinan Umar bin Khotob. Mereka kecewa
dan menyesali diri Umar. Sungguhpun demikian, tak seorangpun dari mereka yang
berani mengganggu; jangankan sampai mengganggu, mendekat saja mereka tidak
berani.
Demikianlah riwayat sejarah singkat terhadap pawai pertama
kali dalam dakwah Islam dengan masuknya Umar bin Khothob r.a kedalam agama
Islam. Dengan ini, teranglah Umar r.a adalah seorang yang sukar dicari
tandingannya. Sebab itu, Nabi saw. Bersabda:
“Bahwasannya Allah telah menjadikan kebenaran itu atas lisan
Umar dan hatinya” (HR. Tirmidzi dari Ibnu Umar r.a).
“Bahwasannya Aku Nabi sungguh melihat setan-setan manusia
dan setan-setan jin melarikan diri dari Umar” (HR. Tirmidzi dari Aisyah
r.anha).
“Sesungguhnya, diantara kaum Bani Isroil dahulu sebelum kamu
ada beberapa orang laki-laki yang diberi sabda (Kalam petunjuk nur ilahiyah)
oleh Allah, padahal mereka itu bukan nabi-nabi, maka jika ada diantara umatku
orang seperti orang-orang itu maka diantara mereka salah satunya Umar” (HR.
Bukhori dari Abu Huroiroh r.a).
Maka dengan ini, sebagai bantahan terhadap orang-orang yang
menyatakan bahwa pawai tidak pernah dilakukan oleh Rosulullah dan sahabat.
Demikian. Wallahua’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar