2 Desember 2013

HIKAYAH SEEKOR SEMUT DAN NABI SULAIMAN A.S DALAM TAQWA






Oleh: Pray. Ksn
Bismillahirrohmaanirrohiim.

Allah berfirman:
“Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata,  hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata (16). Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan) (17). Sehingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut,  hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari. (18). Maka Nabi Sulaiman tersenyum dengan tertawa kerana mendengar perkataan semut itu. Katanya,  Ya Rabbi, limpahkan kepadaku karunia  untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku; karuniakan padaku hingga boleh mengerjakan amal soleh yang Engkau ridhai; dan masukkan aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hambaMu yang soleh. (19). “ (Qs. An-Naml 27: 16-19).

Didalam Kitab Durrotun Naashihiin Fii Al-Wa’izhin Wa Al-Irsyad, karya Syekh ‘Utsman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Al-Khowbawiy. Beliau di antara Ulama yang hidup pada masa 13 Hijriyah. Beliau menyatakan didalam kitabnya ini salah satu kisah Nabi Sulaiman as yang dikutif dari Kitab Rojabiyah. Pada Majlis ke-59 Halaman 218, dalam Pembahasan Hijrah Untuk Taat Pada Allah.

Al-Hikayah-
Diriwayatkan bahwa Nabi Sulaiman as. bertanya kepada seekor semut. Nabi Sulaiman as bertanya:  (Wahai semut) “Berapa banyak engkau peroleh rizki dari Allah dalam waktu satu tahun?”. Semut menjawab: “Sebesar biji gandum”. Kemudian, Nabi Sulaiman memberi semut sebiji gandum lalu memeliharanya dalam sebuah botol. Setelah genap satu tahun, Nabi Sulaiman as membuka botol untuk melihat nasib si semut. Namun, didapatinya si semut hanya memakan sebagian biji gandum itu. Nabi Sulaiman as berkata: “Mengapa engkau tidak memakan sebagian lainnya?”. Semut menjawab: “Karena aku bertawakal dan pasrah diri kepada Allah.  Dengan tawakal kepada-Nya maka aku makan biji gandum karena aku yakin bahwa Dia tidak akan melupakanku. Ketika aku berpasrah kepadamu didalam botol ku sisikan sebagian, aku tidak yakin apakah engkau akan ingat kepadaku pada tahun berikutnya sehingga dapat memperoleh sebiji gandum lagi atau engkau akan lupa kepadaku. Karena itu, aku harus tinggalkan sebagian sebagai bekal tahun berikutnya”.  

Demikian. Wallahua’lam. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar