Oleh: Pray. Ksn
Bismillahirrohmaanirrohiim.
Allah berfirman:
“Dan Sulaiman telah mewarisi Daud
dan dia berkata, hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara
burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar
suatu karunia yang nyata (16). Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari
jin, manusia dan burung, lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan)
(17). Sehingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor
semut, hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak
diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari. (18).
Maka Nabi Sulaiman tersenyum dengan tertawa kerana mendengar perkataan semut
itu. Katanya, Ya Rabbi, limpahkan kepadaku karunia untuk mensyukuri
nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku;
karuniakan padaku hingga boleh mengerjakan amal soleh yang Engkau ridhai; dan
masukkan aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hambaMu yang soleh. (19).
“ (Qs. An-Naml 27: 16-19).
Didalam Kitab Durrotun Naashihiin
Fii Al-Wa’izhin Wa Al-Irsyad, karya Syekh ‘Utsman bin Hasan bin Ahmad
Asy-Syakir Al-Khowbawiy. Beliau di antara Ulama yang hidup pada masa 13
Hijriyah. Beliau menyatakan didalam kitabnya ini salah satu kisah Nabi Sulaiman
as yang dikutif dari Kitab Rojabiyah. Pada Majlis ke-59 Halaman 218, dalam
Pembahasan Hijrah Untuk Taat Pada Allah.
Al-Hikayah-
Diriwayatkan bahwa Nabi Sulaiman
as. bertanya kepada seekor semut. Nabi Sulaiman as bertanya: (Wahai
semut) “Berapa banyak engkau peroleh rizki dari Allah dalam waktu satu tahun?”.
Semut menjawab: “Sebesar biji gandum”. Kemudian, Nabi Sulaiman memberi semut
sebiji gandum lalu memeliharanya dalam sebuah botol. Setelah genap satu tahun, Nabi
Sulaiman as membuka botol untuk melihat nasib si semut. Namun, didapatinya si
semut hanya memakan sebagian biji gandum itu. Nabi Sulaiman as berkata: “Mengapa
engkau tidak memakan sebagian lainnya?”. Semut menjawab: “Karena aku bertawakal
dan pasrah diri kepada Allah. Dengan tawakal kepada-Nya maka aku makan
biji gandum karena aku yakin bahwa Dia tidak akan melupakanku. Ketika aku
berpasrah kepadamu didalam botol ku sisikan sebagian, aku tidak yakin apakah
engkau akan ingat kepadaku pada tahun berikutnya sehingga dapat memperoleh
sebiji gandum lagi atau engkau akan lupa kepadaku. Karena itu, aku harus
tinggalkan sebagian sebagai bekal tahun berikutnya”.
Demikian. Wallahua’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar